DAMPAK TWITTER
& FACEBOOK DIKALANGAN PARA REMAJA
Pada era modern ini perkembangan internet dan new media sangatlah pesat.
Terbukti dengan terciptanya telepon seluler, notebook, layanan internet, dan
gadget multi fungsi lainnya. Dengan terciptanya gadget tersebut, manusia di
masa sekarang ini dapat dengan mudah berkomunikasi tanpa memiliki kendala
karena dibatasi oleh jarak dan waktu. Saat ini layanan internet sangatlah
digandrungi oleh masyarakat dunia. Dengan adanya layanan internet ini dapat
memudahkan manusia dalam mencari informasi dan kemudahan berkomunikasi dengan
manusia diseluruh dunia dengan bantuan aplikasi media sosial.
Salah satu media sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat dunia
adalah Twitter. Hampir seluruh masyarakat dunia telah menggunakan Twitter
sebagai media berkomunikasi. Di Indonesia sendiri sudah sangat banyak pengguna
Twitter, tidak hanya dari kalangan dewasa dan remaja saja bahkan kini anak
sekolah dasar pun telah banyak yang menggunakan Twitter. Twitter sendiri
sangatlah digandrungi oleh kalangan remaja. Banyak remaja era sekarang yang
menggunakan Twitter sebagai sarana mengobrol biasa, ada juga yang
menggunakannya sebagai sarana untuk mendapatkan berita-berita terbaru mengenai
artis-artis yang diidolakan.
Media sosial Twitter memang akan sangat membantu manusia bila digunakan
dengan bijaksana. Namun saat ini kebanyakan pengguna Twitter dari kalangan
remaja telah salah dalam memanfaatkan media sosial ini. Banyak sekali remaja
yang menggunakan Twitter sebagai sarana untuk mem-bully, dan sebagai sarana
bergosip. Tentu keadaan tersebut sangatlah memprihatinkan, para remaja yang
telah salah dalam memanfaatkan media sosial Twitter ini sudah pasti tidaklah
faham akan apa saja akibat negatif yang akan muncul nantinya.
Akhir-akhir ini banyak pemberitaan di media cetak dan elektronik
mengenai penyalahgunaan situs jejaring sosial. Beberapa berita yang paling
hangat adalah kasus seorang remaja laki-laki yang membawa kabur seorang remaja
perempuan yang dikenal melalui situs media sosial Facebook, dan penyalahgunaan
media sosial Twitter sebagai sarana bisnis prostitusi yang dilakukan oleh
kalangan remaja. Keadaan ini sangat ironis dan bertentangan dengan tujuan utama
dari jejaring sosial yaitu untuk memudahkan dan memberikan keuntungan bagi
manusia saat ingin berkomunikasi dan mencari informasi.
Tidak hanya pada kehidupan umum saja yang terkena dampak buruk dari penyalah
gunaan jejaring sosial. Didunia pendidikan kini juga sudah ditemukan beberapa
kasus penyalahgunaan media sosial. Dampak terburuk dalam dunia pendidikan yang
dihasilkan dari media sosial adalah menurunnya motivasi dan prestasi siswa
dalam belajar. Motivasi adalah hal yang paling penting dalam siswa untuk
mendapatkan prestasi belajar. Jika motivasi yang didapatkan siswa untuk belajar
menurun maka akan menurun pula prestasi yang dicetak oleh siswa.
Yang paling mengkhawatirkan adalah
pada era teknologi dan globalisasi seperti sekarang ini, telepon seluler yang
dulunya hanya berfungsi sebagai alay pemanggil jarak jauh, kini dapatdigunakan
uantuk mengakses internet dan jejaring social. Jadi siswa tidak perlu lagi ke
warnet untuk mengakses situs pertemanan ,melainkan dapat mengaksesnya langsung
ditelepon seluler mereka. Hal ini semakin menambah banyak kasus penyalahgunaan
situs jejaring social untuk hal yang tiddak sesuai dengan aturan.
Tidak hanya siswa, para
mahasiswapun tidak luput dari dampak situs jejaring sosial ini. Sebuah
penelitian terbaru dari Aryn Karpinski, peneliti dari Ohio State University,
menunjukkan bahwa para mahasiswa pengguna aktif jejaring sosial seperti
facebook ternyata mempunyai nilai yang lebih rendah daripada para mahasiswa
yang tidak menggunakan situs jejaring sosial facebook. Dari 219 mahasiswa yang
diriset oleh Karpinski, 148 mahasiswa pengguna situs facebook ternyata memiliki
nilai yang lebih rendah daripada mahasiswa non pengguna. Menurut Karpinski,
memang tidak ada korelasi secara langsung antara jejaring sosial seperti
facebook yang menyebabkan nilai para mahasiswa atau pelajar menjadi jeblok. Namun
diduga jejaring sosial telah menyebabkan waktu belajar para siswa atau
mahasiswa tersita oleh keasyikan berselancar di situs jejaring sosial tersebut.
Para pengguna jejaring sosial mengakui waktu belajar mereka memang telah
tersita. Rata-rata para siswa pengguna jejaring sosial kehilangan waktu antara
1–5 jam sampai 11–15 jam waktu belajarnya per minggu untuk bermain jejaring
sosial di internet.
Berdasarkan hasil riset Yahoo di
Indonesia yang bekerja sama dengan Taylor Nelson Sofres pada tahun 2009,
pengguna terbesar internet adalah usia 15-19 tahun, sebesar 64 persen. Riset
itu dilakukan melalui survei terhadap 2.000 responden. Sebanyak 53 persen dari
kalangan remaja itu mengakses internet melalui warung internet (warnet),
sementara sebanyak 19 persen mengakses via telepon seluler. Sebagai gambaran,
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia pada 2009 menyebutkan, pengguna
internet di Indonesia diperkirakan mencapai 25 juta. Pertumbuhannya setiap
tahun rata-rata 25 persen. Riset Nielsen juga mengungkapkan, pengguna Facebook
pada 2009 di Indonesia meningkat 700 persen dibanding pada tahun 2008.
Sementara pada periode tahun yang sama, pengguna Twitter tahun 2009 meningkat
3.700 persen. Sebagian besar pengguna berusia 15-39 tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa memang benar adanya pengguna situs jejaring sosial adalah dari kalangan
remaja usia sekolah.
Motivasi dan prestasi belajar
siswa dapat menurun karena situs jejaring sosial. Buktinya pada penelitian yang
dilakukan oleh Aryn Karpinski yang sudah ditulis di bagian atas. Prestasi
belajar dalam hal ini nilai siwa menurun akibat terlalu sering membuka situs
jejaring sosial di internet. Hal ini mungkin karena motivasi belajar siswa
tersebut juga menjadi berkurang karena lebih mementingkan jejaring sosialnya
daripada prestasi belajarnya sendiri. Motivasi sangat memegang pengaruh yang
penting terhadap siswa, karena dengan motivasi siswa tersebut dapat menyadari
betapa pentingnya belajar untuk kehidupan yang akan datang. Motivasi juga
berpengaruh terhadap pencapaian cita-cita siswa yang mungkin telah tertanam
sejak siswa itu memiliki cita-cita. Untuk itulah motivasi belajar siswa perlu
dipertahankan dan jangan sampai motivasi tersebut menurun akibat dari
penggunaan sius jejaring sosial yang semakin menghawatirkan.
A.
DAMPAK
POSITIF MEDIA SOSIAL
1)
Sebagai media penyebaran
informasi.
remaja menjadi mudah untuk memperoleh informasi yang ada di internet karena adanya blog atau website. Selain itu social media juga bias digunakan sebagai lahan informasi dalam bidang pendidikan kebudayaan, dan lain-lain.
remaja menjadi mudah untuk memperoleh informasi yang ada di internet karena adanya blog atau website. Selain itu social media juga bias digunakan sebagai lahan informasi dalam bidang pendidikan kebudayaan, dan lain-lain.
2)
Memperluas jaringan pertemanan.
berkat situs media social ini remaja menjadi lebih mudah berteman dengan orang lain di seluruh dunia. ,eskipun sebagian besar diantara mereka tidak pernah bertemu secara langsung.
berkat situs media social ini remaja menjadi lebih mudah berteman dengan orang lain di seluruh dunia. ,eskipun sebagian besar diantara mereka tidak pernah bertemu secara langsung.
3)
Situs jejaring sosial membuat anak dan remaja
menjadi lebih bersahabat, perhatian, dan empati.
Misalnya memberikan perhatian saat ada teman mereka berulang tahun, mengomentari foto, video dan status teman mereka, menjaga hubungan persahabatan meski tidak dapat bertemu secara fisik.
Misalnya memberikan perhatian saat ada teman mereka berulang tahun, mengomentari foto, video dan status teman mereka, menjaga hubungan persahabatan meski tidak dapat bertemu secara fisik.
4)
Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan
sosial. Pengguna daapat belajar bagaimana cara beradaptasi,bersosialisai dengan
publik dan mengelola jaringan pertemanan.
5)
Internet sebagai media komunikasi, setiap pengguna
internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.
6)
Media pertukaran data. Dengan menggunakan jaringan
situs-situs web para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar
informasi dengan cepat dan murah.
7)
Sebagai media promosi dalam bisnis.
Hal ini memungkinkan para remaja yang menjadi pengusaha kecil dapat mempromosikan produk dan jasanya tanpa mengeluarkan banyak biaya.
Hal ini memungkinkan para remaja yang menjadi pengusaha kecil dapat mempromosikan produk dan jasanya tanpa mengeluarkan banyak biaya.
B. DAMPAK NEGATIF MEDIA SOSIAL
1) Susah bersosialisasi dengan orang sekitar.
Hal ini cukup mengkhawatirkan bagi perkembangan kehidupan sosial peserta didik (siswa). Mereka yang seharusnya belajar sosialisai dengan lingkungan justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk berselancar di dunia maya bersama teman teman di komunitas jejaring sosialnya, yang rata-rata membahas sesuatu yang tidak penting. Akibatnya kemampuan interaksi siswa menurun.
Hal ini cukup mengkhawatirkan bagi perkembangan kehidupan sosial peserta didik (siswa). Mereka yang seharusnya belajar sosialisai dengan lingkungan justru lebih banyak menghabiskan waktu untuk berselancar di dunia maya bersama teman teman di komunitas jejaring sosialnya, yang rata-rata membahas sesuatu yang tidak penting. Akibatnya kemampuan interaksi siswa menurun.
2) Membuat seseorang menjadi penyendiri dan susah bergaul.
Situs jejaring sosial di internet membuat penggunanya memiliki dunia sendiri, sehingga tidak sedikit dari mereka tidak peduli dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Seseorang yang telah kecanduan situs jejaring sosial sering mengalami hal ini. Yang mengakibatkan dirinya tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya lagi.
Situs jejaring sosial di internet membuat penggunanya memiliki dunia sendiri, sehingga tidak sedikit dari mereka tidak peduli dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Seseorang yang telah kecanduan situs jejaring sosial sering mengalami hal ini. Yang mengakibatkan dirinya tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya lagi.
3) Menghamburkan uang.
Akses internet untuk membuka situs jejaring sosial jelas berpengaruh terhadap kondisi keuangan siswa (terlebih kalau akses dari warnet). Tidak jarang siswa menggunakan uang SPP mereka untuk pergi ke warnet sekedar untuk membuka situs jejaring sosial saja. Ini dapat dikategorikan sebagai pemborosan, karena menggunakan uang secara tidak produktif.
Akses internet untuk membuka situs jejaring sosial jelas berpengaruh terhadap kondisi keuangan siswa (terlebih kalau akses dari warnet). Tidak jarang siswa menggunakan uang SPP mereka untuk pergi ke warnet sekedar untuk membuka situs jejaring sosial saja. Ini dapat dikategorikan sebagai pemborosan, karena menggunakan uang secara tidak produktif.
4) Berkurangnya Waktu Belajar Siswa.
Hal ini sudah jelas, karena dengan mengakses internet dan membuka situs jejaring sosial siswa akan lupa waktu, sehingga yang dikerjakannya hanyalah itu-itu saja.
Hal ini sudah jelas, karena dengan mengakses internet dan membuka situs jejaring sosial siswa akan lupa waktu, sehingga yang dikerjakannya hanyalah itu-itu saja.
5) Tertinggal dan terlupakannya bahasa formal.
Karena pengguna social media lebih sering menggunakan bahasa informal dalam kesehariannya, sehingga aturan bahasa formal mereka menjadi terlupakan.
Karena pengguna social media lebih sering menggunakan bahasa informal dalam kesehariannya, sehingga aturan bahasa formal mereka menjadi terlupakan.
6) Kejahatan dunia maya.
Kejahatan dikenal dengan nama cyber crime. Kejahatan dunia maya sangatlah beragam. Diantaranya : carding, hacking, cracking, phising, dan spamming.
Kejahatan dikenal dengan nama cyber crime. Kejahatan dunia maya sangatlah beragam. Diantaranya : carding, hacking, cracking, phising, dan spamming.
7) Berkurangnya privasi pribadi.
Dalam sosial media kita bebas menuliskan dan men-share apa saja, Sering kali tanpa sadar kita mempublish hal yang seharusnya tidak perlu disampaikan ke lingkup sosial.
Dalam sosial media kita bebas menuliskan dan men-share apa saja, Sering kali tanpa sadar kita mempublish hal yang seharusnya tidak perlu disampaikan ke lingkup sosial.
8) Pornografi.
Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela. Terkadang seseorang memposting foto yang seharusnya menjadi privasi dia sendiri di sosial media, hal ini sangat berbahaya karena bisa jadi foto yang hanya di postingnya di sosial media disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Dengan kemampuan penyampaian informasi yang dimiliki internet, pornografi pun merajalela. Terkadang seseorang memposting foto yang seharusnya menjadi privasi dia sendiri di sosial media, hal ini sangat berbahaya karena bisa jadi foto yang hanya di postingnya di sosial media disalah gunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
C. SOLUSI BAGI DAMPAK NEGATIF
1) Mempertimbangkan pemakaian TIK dalam pendidikan, khususnya untuk anak di
bawah umur yang masih harus dalam pengawasan ketika sedang melakukan
pembelajaran dengan TIK. Analisis untung ruginya pemakaian.
2) Tidak menjadikan TIK sebagai media atau sarana satu-satunya dalam
pembelajaran, misalnya kita tidak hanya mendownload e-book, tetapi masih tetap
membeli buku-buku cetak, tidak hanya berkunjung ke digital library, namun juga
masih berkunjung ke perpustakaan.
3) Pihak-pihak pengajar baik orang tua maupun guru, memberikan
pengajaran-pengajaran etika dalam ber-TIK agar TIK dapat dipergunakan secara
optimal tanpa menghilangkan etika.
4) Perlu ada kesadaran peran dan kerjasama antara seluruh pengguna lanyanan
TIK.
5) Menggunakan software yang dirancang khusus untuk melindungi ‘kesehatan’
anak. Misalnya saja program nany chip atau parents lock yang dapat memproteksi
anak dengan mengunci segala akses yang berbau seks dan kekerasan.
6) Meletakkan komputer di ruang publik rumah, seperti perpustakaan, ruang
keluarga, dan bukan di dalam kamar anak. Meletakkan komputer di dalam kamar
anak, menurut Nina akan mempersulit orangtua dalam hal pengawasan. Anak bisa
leluasa mengakses situs porno atau menggunakan games yang berbau kekerasaan dan
sadistis di dalam kamar terkunci. Bila komputer berada di ruang keluarga,
keleluasaannya untuk melanggar aturan pun akan terbatas karena ada anggota
keluarga yang lalu lalang.
7) Untuk mencegah kecanduan orang tua perlu membuat kesepakatan dengan anak
soal waktu bermain komputer. Sehingga pada usia yang lebih besar, diharapkan
anak sudah dapat lebih mampu mengatur waktu dengan baik.
8) Pemerintah sebagai pengendali sistem-sistem informasi seharusnya lebih
peka dan menyaring apa-apa saja yang dapat di akses oleh para pelajar dan
seluruh rakyat Indonesia di dunia maya. Selebihnya, Kementrian juga bisa
menyebarkan filter berupa program software untuk menekan dampak buruk teknologi
informasi. Kedua, perlu adanya dukungan dari orangtua, tokoh budaya hingga
kalangan agamawan, untuk mensosialisasikan tentang saran, manfaat dan sisi
positif twitter & facebook.
Sumber & Referensi:
https://tinifeehily.wordpress.com/2012/09/05/cara-atau-solusi-untuk-menanggulangi-dampak-negatif-dalam-teknologi-informasi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar